Petral, tidak semua masyarakat Indonesia mengenal salah satu perusahaan
strategis di bidang energi ini. Anak perusahaan
pertamina yang konsen dalam perdagangan ini memang didesain untuk
berdiri di Singapura. Di sinilah pertanyaan
mulai muncul, Pertamina sebagai perusahaan terbesar di Indonesia dengan
kekuasaan pasar yang absolut mengapa masih membagi pada anak perusahaan dan
dilakukan di luar negeri? Seakan-akan ini sengaja dilakukan sebagai pembukaan
celah korupsi agar tidak tersorot publik Indonesia dan intervensi pro-barat
yang kuat di Singapura. Dahlan Iskan menyatakan bahwa pemecahan divisi dagang
Pertamina ini dilakukan agar direksi tidak mengarah ke trading sehingga mereka
bisa fokus pada produksi dan pemilihan Singapura sebagai tuan rumah karena
dirasa dengan hukum yang dimiliki, Singapura memungkinkan intervensi seminimal mungkin dari berbagai pihak. Namun, masyarakat
memandang hal ini sebagai sebuah inefisiensi pengelolaan. Bagaimanapun akan ada sejumlah setoran dari
petral yang harus “disumbangkan” ke pemerintah tuan rumah dan tuntutan
pengelolaan BUMN yang harus C&C(clen & clear) menjadi terhambat.
Minimalisasi intervensi yang diungkapkan
di atas juga tidak rasional dinilai dari birokrasi Singapura yang memiliki
kebebasan keluar masuk modal tinggi dan Singapura yang masih menginduk pada
Inggris pun menjadi kecurigaan terhadap harga per barel yang selama ini beredar
di masyarakat. Saat harga minyak timur tengah stabil, ternyata harga pembelian
minyak dari petral justru meningkat 15% mengikuti krisis Eropa sepanjang tahun 2011
kemarin. Menjawab keresahan masyarakat
tersebut, isu revolusi petral pun mulai muncul. Pertamina dikatakan akan membeli minyak langsung dari pemilik kilang
tanpa perantara pedagang, sedangkan Petral akan fokus sebagai pihak ketiga jual
beli minyak internasional namun tidak memasok minyak ke pertamina lagi. Sektor strategis Petral yang digabung ke Pertamina ini memungkinkan laporan yang clean and clear karena bersamaan dengan
neraca Pertamina. Pertanyaan selanjutnya
adalah apakah jika ini jadi ditetapkan, bagaimana dengan share petral terhadap
pertamina dan dalam dunia dagang tidak ada kepastian jika membeli langsung ke
kilang pada dasarnya tidak ada kepastian harganya lebih murah serta intervensi
dalam pembelian pun sebaiknya diminimalisasi dengan open tender. Pada dasarnya, tidak masalah apakah dilakukan
oleh Petral maupun Pertamina, namun pengelolaan yang transparan dan jelas
memang dibutuhkan oleh publik Indonesia pada saat ini. Sektor strategis yang berpengaruh pada hajat
hidup masyarakat akan senantiasa menjadi sorotan bersama sehingga pemilihan
lokasi memang harus diperhatikan. Sebab, intervensi dan moral hazard dapat terjadi
dimana saja. Tinggal bagaimana pengelolaan dan pengawasan terhadapnya dapat
ditingkatkan.
No comments:
Post a Comment