Oleh: Lundu Manurung (Staf Departemen Kajian Strategis BEM FEM IPB)
Bila dilihat dari perkembangan dari
tahun ke tahun jumlah anggaran yang dipakai untuk subsidi energi meningkat
tajam. Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk subsidi untuk dalam RAPBN 2013
direncanakan Rp316,1 T, meningkat 18% dari belanja subsidi dalam APBNP 2012
sebesar Rp268,1 T (termasuk cadangan risiko energi Rp23 T pada belanja
lain-lain), atau naik lebih dari 2 kali lipat dibanding realisasi tahun 2007
(Rp150,2 T). Jumlah anggaran subsidi pada RAPBN 2013 dialokasikan untuk subsidi BBM dan Gas
Rp193,8 T; subsidi listrik Rp80,9 T; dan subsidi non-energi Rp41,4 T. Di dalam
RAPBN 2013 adanya subsidi untuk gas padahal pada APBN 2012 tidak dimasukkan
yang menambah beban anggaran negara . Ini sungguh sangat miris dan bertolak
belakang dengan program yang telah dibuat oleh pemerintah. Dapat dikatakan
pemerintah gagal menekan atau mengurangi jumlah subsidi energi khususnya di bidang
migas dimana terjadi peningkatan yang signifikan setiap tahunnya tetapi tidak
diikuti dengan alternatif atau solusi yang tepat dan efisien. Padahal untuk
menjaga APBN yang sehat dan meningkatkan dana pembangunan, maka perlu
pengurangan subsidi energi.
Sebenarnya jumlah anggaran untuk
subsidi dapat dialihkan guna meningkatkan dana pembangunan dan sektor-sektor
riil yang menyentuh langsung ke masyarakat. Contohnya, penambahan dana guna
menggulangi dan mengurangi kemisikinan, layanan kesehatan murah untuk masyarakat,
dan meningkatkan ketahanan pangan. Bila melihat Malaysia, 5% anggaran pembangunan sektor sosial
pemerintah adalah untuk kesehatan masyarakat dimana untuk memperbaiki rumah
sakit yang ada, membangun dan melengkapi rumah sakit baru, pertambahan klinik umum, perbaikan pelatihan
dan perluasan pelayanan jarak jauh, dan biaya kesehatan murah bagi masyarakat. Program seperti ini lebih berdampak
riil kepada masyarakat
daripada membiayai subsidi energi migas yang hanya terbuang percuma tanpa
adanya nilai tambah ouput nasional. Subsidi
energi juga dapat dialihkan ke sektor pertanian dimana jumlah tenaga kerja diserap dan tingkat kemisikinan
juga sangat tinggi melanda sektor pertanian. Oleh sebab itu pemerintah dapat
mengalihkan dana untuk membentuk karakter petani yang mandiri dan solutif
dengan mendorong kemajuan UMKM yang bekerjasama dengan petani dan pembangunan desa mandiri sehingga
meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.
Ada beberapa hal yang dilakukan guna
mengurangi dan mengalihkan subsidi energi khususnya BBM. Dari 3 tahun yang lalu
sudah mulai dilakukan yaitu menaikkan harga BBM. Hal ini akan memberikan dampak
negatif dan dampak positif. Dampak negatif dari kenaikan ini terjadi pada
jangka pendek yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi yang nantinya turut
menaikkan harga barang baku
dan umum sehingga daya beli masyarakat menurun dan tingkat pengangguran bertambah. Akan tetapi menurut Gever (1991),
meningkatnya harga BBM akan mengurangi beban pemerintah sehingga pemerintah
dapat dengan bebas membuat kebijakan fiscal untuk mengejar target distribusi
manfaat yang tepat sasaran sehingga menggairakan perekonomian demi
terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu akan mendorong investasi
penggunaan serta produksi yang efisien.
MASIHKAH
KITA HANYA BERDIAM DIRI MELIHAT KONDISI PEREKONOMIAN KITA?
No comments:
Post a Comment