Saturday, June 9, 2012

Petral, Perusahaan Strategis di Bawah Naungan Asing

          Petral, tidak semua masyarakat Indonesia mengenal salah satu perusahaan strategis di bidang energi ini.  Anak perusahaan pertamina yang konsen dalam perdagangan ini memang didesain untuk berdiri di Singapura. Di sinilah pertanyaan mulai muncul, Pertamina sebagai perusahaan terbesar di Indonesia dengan kekuasaan pasar yang absolut mengapa masih membagi pada anak perusahaan dan dilakukan di luar negeri? Seakan-akan ini sengaja dilakukan sebagai pembukaan celah korupsi agar tidak tersorot publik Indonesia dan intervensi pro-barat yang kuat di Singapura. Dahlan Iskan menyatakan bahwa pemecahan divisi dagang Pertamina ini dilakukan agar direksi tidak mengarah ke trading sehingga mereka bisa fokus pada produksi dan pemilihan Singapura sebagai tuan rumah karena dirasa dengan hukum yang dimiliki, Singapura memungkinkan intervensi seminimal mungkin dari berbagai pihak.  Namun, masyarakat memandang hal ini sebagai sebuah inefisiensi pengelolaan. Bagaimanapun akan ada sejumlah setoran dari petral yang harus “disumbangkan” ke pemerintah tuan rumah dan tuntutan pengelolaan BUMN yang harus C&C(clen & clear) menjadi terhambat.  
          Minimalisasi intervensi yang diungkapkan di atas juga tidak rasional dinilai dari birokrasi Singapura yang memiliki kebebasan keluar masuk modal tinggi dan Singapura yang masih menginduk pada Inggris pun menjadi kecurigaan terhadap harga per barel yang selama ini beredar di masyarakat. Saat harga minyak timur tengah stabil, ternyata harga pembelian minyak dari petral justru meningkat 15% mengikuti krisis Eropa sepanjang tahun 2011 kemarin. Menjawab keresahan masyarakat tersebut, isu revolusi petral pun mulai muncul. Pertamina dikatakan akan membeli minyak langsung dari pemilik kilang tanpa perantara pedagang, sedangkan Petral akan fokus sebagai pihak ketiga jual beli minyak internasional namun tidak memasok minyak ke pertamina lagi. Sektor strategis Petral yang digabung ke Pertamina ini memungkinkan laporan yang clean and clear karena bersamaan dengan neraca Pertamina. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah jika ini jadi ditetapkan, bagaimana dengan share petral terhadap pertamina dan dalam dunia dagang tidak ada kepastian jika membeli langsung ke kilang pada dasarnya tidak ada kepastian harganya lebih murah serta intervensi dalam pembelian pun sebaiknya diminimalisasi dengan open tender.  Pada dasarnya, tidak masalah apakah dilakukan oleh Petral maupun Pertamina, namun pengelolaan yang transparan dan jelas memang dibutuhkan oleh publik Indonesia pada saat ini. Sektor strategis yang berpengaruh pada hajat hidup masyarakat akan senantiasa menjadi sorotan bersama sehingga pemilihan lokasi memang harus diperhatikan. Sebab, intervensi dan moral hazard dapat terjadi dimana saja. Tinggal bagaimana pengelolaan dan pengawasan terhadapnya dapat ditingkatkan.



No comments: